membuat atasan senang tentang piala Hal Yang Perlu Diketahui Sebelum Membeli



Ketika aku kembali ke kamar ternyata Pak Napit sudah ngorok, masih dalam keadaan telanjang, padahal belum terlalu malam, masih belum jam sebelas, mungkin terlalu capek, baik karena golf tadi siang maupun dari permainan sexual intercourse barusan, akupun terpaksa harus memendam hasratku yang aku sendiri tak tahu apakah bisa terlaksana.

Untuk kesekian kalinya Pak Bambang meng-obok obok vaginaku dengan penisnya, digenjotnya keras tubuhku seakan ingin menjangkau rahimku. Aku diam saja tak menggerakkan tubuhku supaya dia bisa bertahan lebih lama, hanya desahanku yang terdengar.

Jam 1 lebih dikit mobilku sudah memasuki pelataran parkir hotel, kutuju kamar yang disebutkan GM tadi, kulewati kolam renang di depan kamar kamar yang menyerupai cottage, tak ada orang yang berenang di siang hari seperti ini. Tamuku kali ini adalah lagi lagi seorang chinese, usianya sekitar 48 tahun, tubuhnya ceking dengan kacamata minus menghiasi wajahnya, terlihat begitu kolot, aku jadi teringat pada salah satu tamuku pada saat awal awalku di Hilton, saking kolotnya sampai sampai dia mengenakan celana kolor, bukan celana dalam pada umumnya (bagi pembaca yang mengikuti ceritaku sejak awal pasti mengetahuinya).

Tapi rupanya dia salah menterjemahkan sengalan napasku, dikira aku sudah benar benar terangsang oleh foreplaynya padahal pemanasannya jauh dari cukup bagiku untuk terangsang.

Hingga selesai makan aku masih tidak tahu siapa yang akan meniduriku pertama kali, tapi aku tak peduli siapapun yang akan tidur denganku karena aku tidak dalam posisi untuk memilih.

Tim tersebut harus memiliki kualifikasi ke bagian akhir sebagai hasil dari setiap tahap kualifikasi yang sulit.

Pak Napit merebahkanku di ranjang setelah terlebih dahulu melepas bra dan celana dalamku, seperti kebanyakan laki laki lainnya, dia menjamah seluruh tubuhku tanpa sisa. Bagian payudara adalah bagian yang paling sering mendapat perhatian berlebih, begitu juga dengan vagina. Berulang kali dia meremas dan mengulum buah dadaku yang terus berlanjut pada sedotan kuat di vagina.

Piala ini juga memiliki ikatan batu berharga yang lain seperti perunggu. Berdasarkan penelitian, piala ini diperkirakan telah menghabiskan biaya sebesar US£twenty juta atau sekitar Rp282,491 miliar, sangat fantastis bukan?

Meskipun dia agak kecewa karena harus look into cepat cepat tapi dia bisa memahami keadaanku, setelah berganti kaos dan pakaian dalam yang baru saja kubeli tadi, kamipun keluar kamar dan check out sama sama.

Dia mulai menangis sambil mendesah menikmati Kontol pak Candan yang mengaduk-aduk liang peranakannya. Terlihat jelas raut wajah Edna yang menahan sakit luar biasa pada selangkangannya.

Kalau aku menolak tentu akan mengecewakan banyak orang, kalau aku terima, sebenarnya tidak ada masalah cuma sini agak tersinggung dengan si GM karena mengaturku seenak kemauannya sendiri.

"Aku harus mempertahankan kamu di kamar ini besok, jadi perlu istirahat yang banyak untuk jaga kondisi" pesannya sebelum terlelap.

Tanpa membuang waktu lebih lama aku langsung menggoyangkan pantatku, bergerak liar di atas tubuhnya dengan kecepatan tinggi. Gerakanku makin liar ketika tangan tangan Pak Napit ikutan mempermainkan buah dada dan putingku.

"Masih mau terus nggak, aku nggak mau kamu terpaksa melakukannya, ntar kecewa dan Doni marah" kucoba bersikap netral.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *